Jakarta
(ANTARA News) - Direktur Developing Countries Studies Centre (DCSC)
Tole Sutrisno berpendapat, rencana pemerintah untuk menaikkan harga
bahan bakar minyak (BBM) pada awal April 2012, cukup rasional dengan
melihat kenaikan harga minyak dunia.
"Kenaikan harga minyak dunia dari 90 dolar Amerika per barel menjadi 120
dolar Amerika per barel akan berdampak terhadap APBN yang ada. Kalau
pemerintah tetap memberikan subsidi BBM, maka APBN akan membengkak,"
kata Tole kepada ANTARA di Jakarta, Minggu malam.
Menurut dia, daripada tetap memberikan subsidi BBM kepada masyarakat,
yang kebanyakan dirasakan masyarakat kalangan menengah ke atas, lebih
baik dana subsidi itu dialihkan untuk membantu masyarakat miskin,
seperti di bidang kesehatan, pendidikan dan lainnya.
Ia pun mendukung rencana pemerintah untuk memberikan Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi kenaikan harga BBM
sebesar Rp150 ribu/bulan selama sembilan bulan.
"Kalau memberikan bantuan ini lebih baik melalui pos karena akan lebih tepat sasaran," kata Tole.
Model pemberian itu akan lebih efektif dibanding cara sebelumnya yang
melalui aparat desa karena kemungkinan terjadinya `penelikungan` dan
penentuan calon penerima yang tidak tepat sasaran menjadi lebih kecil,
bahkan tidak ada.
"Jadi nanti itu dikirim ke pos, langsung dikirim ke yang berhak
menerimanya. Itu teknisnya. Itu yang dapat informasi dari Menteri
Perekonomian. Dan itu bisa efektif," kata Tole.
Namun, pemerintah harus tetap mengontrol seberapa efektif cara ini dan
bila nantinya tidak efektif, maka pemerintah harus mencari alternatif
lain untuk menyalurkan bantuan tersebut.
Kompensasi ini hanya untuk memberikan stimulus kepada masyarakat bahwa
dalam masa itu masyarakat sudah bisa menyesuaikan dengan kenaikan BBM.
"Seiring waktu itu pemerintah kan sedang melakukan percepatan ekonomi,
bidang tambahan penghasilan kepada masyarakat," jelasnya. (S037/Z002)
DCSC: rencana kenaikan harga BBM rasional
02.15.00