Mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan menjadikan kekuatan 12 besar dunia di tahun 2025 melalui pertumbuhan tinggi yang insklusif dan berkelanjutan bukanlah isapan jempol. Artinya, itu bukan mimpi dan bisa direalisasikan menjadi kenyataan. Dalam lima tahun belakangan, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata 6,3 – 6,8 persen. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari negara-negara Rusia dan Brazil yang dianggap sebagai emerging country.
Dalam sasaran pembangunan jangka menengah Indonesia, target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelum 2014 adalah 7 persen. Sementara tahun 2014 sendiri berkisar 7 – 7,7 persen dengan tingkat inflasi 4-6 persen per tahun. Dengan pengangguran sekitar 5-6 persen dan tingkat kemiskinan 8 – 10 persen pada akhir tahun 2014, perekonomian Indonesia akan terus bergerak dan tumbuh.
Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pada tahun 2010 Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai US$ 700 miliar dengan pendapat per kapita US$ 3.005. Pada tahun 2011, PDB naik menjadi US$ 850 miliar dengan pendapat per kapita US$ 3.543. Pemerintah mentargetkan pada tahun 2014, PDB US$ 1,2 triliun dan pendapatan per kapita US$ 4.800 – 5.000. Dengan PDB dan pendapat per kapita seperti itu, Indonesia diperkirakan sudah bisa masuk dalam 14 besar kekuatan ekonomi dunia. Sementara itu untuk tahun 2025, target PDB dan pendapat per kapita pemerintah adalah US$ 3,8 – 4,5 triliun dan US$ 13.000 – 16.100. Indonesia akan menjadi hign income country dan masuk ke dalam 12 besar kekuatan ekonomi dunia.
Untuk menjadi kekuatan ekonomi dunia di masa yang akan datang, kita memiliki modal yang cukup; sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA) dan empat pilar demokrasi. SDM Indonesia sangat berlimpah. Terus meningkatnya index pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa SDM kita bisa bersaing dengan negara luar. Sekarang ini, banyak tenaga ahli dan orang pintar Indonesia yang bekerja di perusahaan-perusahaan raksasa dunia. Bahkan beberapa tenaga ahli Indonesia disewa oleh negara luar. Sangat disayangkan kalau tenaga-tenaga terdidik, tenaga-tenaga ahli dan terampil itu kalau tidak dimanfaatkan untuk membangun bangsa ini.
Selain SDM, modal Indonesia adalah empat pilar negara, yaitu UUD 1945, Pancasila, Bhineka Tunggal dan NKRI. Karena empat pilar tersebut, Indonesia menjadi negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Bahkan majalah politik Foreign Policy menyebut Indonesia akan menjadi superpower demokrasi dunia (World’s Democratic Superpower) dalam beberapa tahun ke depan.
SDM yang berlimpah dan empat pilar demokrasi masih didukung keunggulan sumber daya alam yang belum dimanfaatkan secara optimal. Misalnya untuk gas alam, Indonesia memiliki cadangan sekitar 164 TCF dengan kecepatan produksi sekitar 3 TCF per tahun. Ini merupakan potensi besar untuk energi berbasis gas bagi industri dan petro kimia. Fakta itu belum termasuk gas metana batubara dan gasifikasi dari batubara sendiri. Untuk batubar, Indonesia adalah eksportir nomor dua di dunia. Indonesia memiliki kandungan batubara lebih dari 100 miliar ton. Sementara itu untuk panas bumi, Indonesia memiliki potensi terbesar di dunia, yaitu sekitar 40 eprsen dari kapasitas dunia.
Sumber daya alam lain yang belum dioptimalkan adalah minyak kelapa sawit, kakao, timah, nikel, bauksit dan lain-lain. Untuk sektor minyak kelapa sawit, Indonesia adalah produsen terbesar di dunia dengan produksi lebih dari 20 juta ton per tahun. Sementara kakao, Indonesia adalah produsen terbesar kedua di dunia. Begitu pun timah. Indonesia merupakan produsen terbesar kedua di dunia dengan produksi 65 ribu ton per tahun. Indonesia masih memiliki nikel dengan cadangan 12 persen di dunia atau terbesar keempat. Begitu pun bauksit, Indonesia juga masuk sebagai produsen terbesar keempat di dunia.
Jika Indonesia mampu mengoptimalkan modal yang dimiliki (sebagaimana sudah disebut di atas), untuk menjadi kekuatan ekonomi dunia bukanlah hal yang mustahil. Apalagi dengan respon kebijakan fiskal dan moneter yang baik dan tepat waktu, Indonesia akan mampu menghindar dari resesi dunia. Saat ini saja pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tumbuh dengan laju di atas 6 persen secara berkesinambungan.
Faktor kepercayaan dunia juga menjadi modal utama, di luar kekuatan dari dalam negeri. Berbagai prestasi ekonomi Indonesia menaikkan kepercayaan dunia. Saat ini, kiprah Indonesia semakin diakui, seperti di APEC, G-20, ASEAN dan berbagai kerjasama bilateral yang sifatnya komprehensif. Posisi investment grade Indonesia ini merefleksikan kekuatan dan ketahanan pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan ekonomi global. Disiplin fiskal juga tercermin dari rasio utang publik yang terus menurun, likuiditas eskternal yang kuat, serta kerangka kebijakan makro, fiskal dan moneter yang hati-hati.
(Sumber: Kuliah Umum Menko Perekonomian Hatta Rajasa di ITB Bandung, Sabtu 3 Maret 2012).